Tugas-tugas rutin pagi hari itu belum lagi selesai dikerjakan, ketika tiba-tiba nadapanggil dari interkom memecah keheningan ruang kerja Sam Gelderman. Suarayang terdengar amat tidak merdu, cenderung kasar, apalagi keluar lewat speakerdari alat yang terhitung kuno.Suara Ralph Gelderman, bos besar dan satu-satunyadi kantor itu."Sam! Kamu di situ? Cepat naik!""Ya, Paman."Sam beranjak dari meja kerjanya dengan langkah cekatan, layaknya bawahan padaumumnya. Setengah berlari iamenaiki tangga menuju ke ruang atas. Ruangan besarberukuran 10 x 8 m yang selalu tampak rapi itu merupakan tempat bekerja dandisebut kantor oleh Ralph. Wajah si bos dilihatnya sudah tidak sedap dipandangmata."Sam, kenapa ini bisa sampai di mejaku?" kata Ralph sambilmelemparkan secarikkertas ke hadapan Sam."Kenapa saya harus diganggu dengan persoalan-persoalanseperti ini?"Secarik kertas putih bergarisitu adalah surat dari salah seorang penggemar Ralph.Sebagai pengarang cerita-cerita kriminal, Ralph mendapat bermacam-macam suratdari pembacanya, meski jumlahnya tidak terlalu banyak. Namun, Ralph cumamembaca surat-surat yang berisi pujian-pujian saja dansalah satu tugas Sam adalahmenyingkirkan surat yang isinya tidak mengenakkan. Kali ini Sam lalai memisahkansurat yang satu ini.Sedikit kasar, Ralph menaruhpenanya di meja. "Kalau sayatidak bisa mempercayaikamu, saya harus memecat kamu. Masak sih mengurus surat-surat begini saja tidakbecus. Apa kamu masih bisa dipercaya?""Tentu saja, Paman. Sa... saya hanya membalas surat-surat dengan pernyataanpernyataanbiasa. Saya juga tidak tahu mengapa ada yang bernada negatif," kataSam tergagap. Ia benar-benar menyesali keteledorannya sehingga harus menikmati"sarapan pagi" dampratan bosnya. Benar-benar ceroboh, pikirnya."Seseorang yang bernama K. Leghorn, sepertinya yakin ada konspirasi dari gerakankomunis tertentu, atau apalah namanya, yang aku tidak mengerti," kata Ralph sambilmemandangi puluhan surat yang bertumpuk di hadapannya. "Sepertinya, ia mengiraaku sama dengan karakter yang aku ciptakan. Sampai-sampai ia mengajak makanmalam segala. Benar-benar aneh."Tak ada reaksi. Pada situasi seperti itu Sam hanya bisa berdiri mematung danmenunggu kalimat berikutnya dari Ralph. Sifat orang tua itumemang tidak sukadibantah atau dipotong kalimatnya saat berbicara."Apakah aku sering menerimasurat-surat seperti ini?" Mata Ralph tiba-tiba mendelik."Ada satu atau dua, Paman. Tidak banyak."83"Aku tidak mau melihat surat-surat seperti ini lagi. Aku juga tidak mau bertemudengan penulisnya. Kirim sajabalasannya dengan sopan. Ingat! Harus dengansopan, tetapi juga harus berupa balasan pribadi.""Baik, akan saya kerjakan, Paman. Ini tidak akan terjadi lagi.""Bagus."Sam mengangguk meminta diri. Masih setengah tertunduk, ia melangkah kembali keruangannya, di kantor yang terasa begitu hening. Pada saat-saat seperti itu, kadangSam merenungi nasibnya yang harus mengabdi kepadaRalph, yang tak lain adalahpamannya sendiri.Hubungan kekeluargaan itu kerap jadi beban, di samping rutinitas kerja selamabertahun-tahun, serta tekanan-tekanan karena menjadi pekerja satu-satunya. Sejauhini, hanya kesabaranlah yangmembuatnya tetap bertahan.Tahu luar dalamRalph Gelderman sebenarnya bukan penulis novel laris manis. Buku-bukunya tidakada yang terlalu sukses di pasaran dan mencetak banyak uang. Tapi ia termasukpenulis yang produktif. Karya-karyanya mengalir lancar dan dapat diandalkanpenerbit. Penjualannya lumayan, dicetak ulang untuk jangka waktu lama, dijual diluar negeri, bahkan gagasannya sering diangkat ke layar lebar. Dari penjualanyangtidak terlalu banyak itu, investasinya terus meningkatsecara perlahan tapi pasti.Dibandingkan dengan pengarang-pengarang lain, Ralph punya sifat sedikit berbeda,yaitu tidak menyukai ketenaran. Ia selalu bersembunyi dari publikasi. Jarang sekali,bahkan hampir tidak pernah, ada media memuat kisah tentang sosoknya, karenaRalph selalu menolak. Bahkan, foto pengarang yang selalu ada di sampul belakangbuku-bukunya, menggun akanwajah Sam yang memang sedikit mirip karena adanyahubungan keluarga."Aku tidak ingin orang mengenal sosokku. Aku ingin orang menghargai karyakusaja," begitu pendirian yang selalu diucapkan Ralph kepada orang-orang dekatnya.Sebuah sikap yang membuat Sam terkadang merasa bingung.Perubahan terjadi lima tahun lalu, sewaktu akuntan Ralph berhasil membujuknyauntuk membentuk semacam perusahaan kecil yang mengurusi karya-karyanya.Ralph tentu jadi pemilik perusahaan sekaligus bendahara. Saat membutuhkan orangkedua, ia mengajak Sam, anak yatim kakak kandung Ralph, untuk menduduki satusatunyajabatan di perusahaan itu, sekretaris. Awalnya, tentu begitu menyenangkanbagi Sam. Maklum, ia belum punya pekerjaan tetap.Belakangan baru Sam sadar, tugasnya sebagai"sekretaris" di sebuah perusahaankecil milik pamannya itu benar-benar bikin bosan. Pekerjaan apa pun di kantor harusdikerjakannya sendirian. Mulai dari akunting, data-data penerbitan, korespondensi,perundingan rutin dengan penerbit, editor, agen, dan - yang paling menyebalkan -harus menampung omelan-omelan pamannya.Kalau mau diambil sisi baiknya, gaji Sam boleh dibilang lumayan. Ditambah sedikitharta peninggalan ayahnya, Sam bisa hidup layak dengan istri dan anakperempuannya. Namun yang menarik, jabatannya memungkinkan Sam mengetahuisecara pasti perihal pendapatan, investasi, dan aset-aset pamannya. Jumlahnyaternyata lebih banyak daripada yang pernah ia kira.Yang lebih menyenangkan lagi,84Sam mengetahui bahwa pewaris semua itu adalah ia sendiri! Soalnya, Ralph masihmelajang.Ada satu hal yang membuat Sam gundah. Seandainya sajaia dapat menikmatisemua warisan itu saat ini, tentu jalan hidupnya akan lain. Masalahnya, meskiberusia 60 tahun, Ralph Gelderman masih sehat. Bahkan, lebih sehat dari Sam yang18 tahun lebih muda. Kalaupun umur Sam panjang, ia tetap saja akan makin tua dansakit-sakitan, sehingga tidakakan menikmati harta itu. Semakin panjang usia Ralph, memang hartanya bertambah,tapi jika di masa tuanya tiba-tiba ia menikah karenatergoda seorang wanita muda, tentu warisannya bakal berkurang.Dalam situasi seperti itu Sam sering berkhayal seandainyaTuhan mengambil jiwapamannya dalam waktu dekat.Atau bangunan roboh menimpa Ralph, atau bosnyaitu tertabrak mobil, atau diserang virus yang sangat ganas. Seandainya,seandainya ... begitulah Sam kerap berandai-andai.Sayangnya, cuma sebatas itukemampuan Sam. Ia bukan seorang raja tega yangbisa membunuh orang tanpa beban. Sebagai ahli waris tunggal, posisinya juga tidakakan menguntungkan kalau sampai terjadi sesuatu pada pamannya. Ia juga tidakahli membuat alibi palsu atau membunuh dengan tampak seperti kecelakaan ataubunuh diri. Untuk menyewa pembunuh bayaran pun tidak,karena selain tidak adauang, ia tidak tahu cara mendapatkan orang semacamitu. Salah-salah malah bisajadi korban pemerasan, pikirnya.Tak ada yang bisa dilakukan.Ya, untuk sementara, Sam memang hanya bisaberharap dan berharap.Benih-benih paranoiaSam menghela napas, menghentakkan lamunan-lamunannya. Di ruangannya dilantai bawah apartemen di Upper East Side Manhattan, surat dari K. Leghornkembali dibacanya dengan cermat. Sesuai pesan Ralph, ia mulai memikirkan katakatabalasannya di depan komputer pribadinya.Surat-surat penggemar memang terkadang aneh. Seperti surat yang di tangannyasaat itu, pastilah berasal dariseorang paranoid. Dan ini bukan kiriman yang pertama.Setidaknya dalam sebulan Leghorn bisa mengirim dua sampai tiga surat dan inisudah berjalan kurang lebih setahun terakhir.Sam mencoba menganalisis, mungkin ketegangan sebagai penggemar cerita-ceritaspionaselah yang membuat Leghorn mengirimkan surat-surat seperti itu. Kisah-kisahspionase bisa jadi dapat menimbulkan paranoia. Hiiiy!Sam sebenarnya berpendapat, reaksi yang tepat untuk surat-surat macam ini adalahdengan tidak menjawabnya. Tak ada gunanya meladeni orang-orang dengankepribadian paranoid seperti itu, karena jawaban apa pun tetap merupakan provokasi untuk tindakan selanjutnya.Namun, celakanya, orang-orang seperti itu tidak bakal bosan dan akan terusmengirim surat. Karena dasarnya memang sudah paranoia, mereka mungkinmengira suratnya telah hilang, dicuri di kantor pos, ada pihak-pihak bawah tanahyang menyabot atau kecurigaan-kecurigaan aneh semacam itu. Karena itu minimalbalasan sebagai tanda terimaharus dikirim.Sam menulis balasan untuk Leghorn dengan kata-kata sesopan mungkin:85Yang Terhormat Tuan Leghorn, Senang sekali saya dapat menerima surat dari Tuan.Namun sayang sekali, dengan sangat menyesal, saya tidak dapat bertemu denganTuan karena kesibukan pekerjaan. Dan itu semua di luar kendali saya.Sam merasa telah menyusun kata-kata itu sebaik-baiknya. Untuk meyakinkan iamembacanya lagi berulang kali. Ia berusaha menciptakankesan terbaik, karena iatidak ingin ada dampaknya di kemudian hari bila kalimat-kalimatnya itu disalahartikan.Bila Leghorn merasa mendapat angin, bahwa anggapannya tentang konspirasikomunis konyol ternyata"benar", bisa-bisa malah fatal. F-a-t-a-l! Ya, fatal! Dalamkekosongan pikiran, terlintaskata-kata itu di benak Sam.Tentu saja tidak ada yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi. Orang-orangsemacam itu mungkin akan bertindak menurut kemauannya sendiri, bahkan dengankegilaannya. Mungkin dapat mengakibatkan kecelakaan-kecelakaan kecil, bahkanmungkin menyebabkan kematian! Sesuatu yang jauh di lubuk hati Sam, sebenarnyaia harapkan terjadi terhadap pamannya. Mungkinkah ini adalah jalannya?Mendadak, jarijari tangan Sam yang sigap bergerak cepat, seolah tanpa kendali. Iamengganti kata-kata surat balasan yang telah disusunnya. Degup jantungnyaberdetak sedikit lebih cepat, seiring kedipan kursor di layar komputer.Dengan hormat, Soal pertemuan makan malam dan lain sebagainya, sebenarnyatidak perlu ditanyakan lagi. Tolong Anda tidak perlu membuang-buang waktu denganmeminta hal ini berulang kali, karena tampaknya sudah jelas bahwa kecurigaanAnda mengenai kegiatan konspirasi sama sekali tidak berdasar. Bagaimana Andabisa berpikir seperti itu?Kalimat itu cukup singkat, kasar, pakai sedikit olok-olok pula. Seorang paranoia pastibereaksi atau paling tidak akan kaget jika membacanya.Sam kembali membacanya,berulang kali, hingga benar-benar yakin kata-katanya sudah cukup menggugahamarah Leghorn.Dalam otak Sam, terbersit sebuah skenario. Seperti biasanya, Ralph akanmenandatangani surat balasan itu tanpa membacanya. Lalu, Leghorn akan merasasangat benci kepada Ralph, bahkan mengira pikiran paranoidnya soal konspirasikonyol itu benar-benar ada. Jika Leghorn penasaran dan menulis lagi, Sam akanmembalasnya kembali dengannada yang sama. Taktik yangsama mungkin dapatdigunakan pada surat-surat lain yang datang. Mengapa tidak? Toh, tidak ada yangtahu.Hmmm, kini Sam bisa tersenyum puas.Tanda tangan asliDua tahun sudah skenario jahat Sam itu berjalan dan semua tampak baik-baik saja.Bahkan kini sasarannya tidakhanya Leghorn. Dari puluhan penggemar Ralph,setidaknya ada enam orang masuk golongan paranoia dan diperlakukan seperti itu.Sam sekarang boleh dibilang memiliki hobi baru, yaitu memainkan kata-kata halus,tapi menusuk. Semakin keras dan ngawur surat para penggemar yang paranoia itu,semakin senang ia membalasnya.Toh Leghorn tetap menjadi kasus yang terbaik. Ada saat-saat tertentu ketika sampaisebulan penuh tidak ada respons apa pun dari orang itu. Sam berpikir, mungkin sigila itu sudah lelah bermain-main. Tetapi biasanya tak lama kemudian datang lagisurat Leghorn dengan kata-kata yang, seperti biasanya, meracau tak keruanjuntrungannya. Belakangan malah sudah mulai dihiasi nada-nada ancaman, "awas86kau!", "kubunuh kau!", "ingatsuatu hari nanti!" Meski ada perasaan khawatir, Samtetap tersenyum saat membacanya.Seperti yang diharapkan Sam, Ralph tidak pernah membaca surat-surat balasanyang disodorkan. Ia hanya menandatangani tanpa meliriksatu huruf pun. Selain itu,salah satu kemudahan bagi rencana Sam, karena Ralph tidak menggunakan stempel tanda tangan. Ia ingin memberi sentuhan pribadi pada setiap surat dan berharaptindakannya akan dihargai penggemarnya. Di setiap pojok kiri atas terdapat tu lisankecil "RG/sg" sebagai inisial Ralph dan Sam. Dengan tandatangan asli, siapa punmengira surat itu didiktekan langsung oleh Ralph.Sesekali Sam juga bercerita soal surat-surat itu kepada teman-temannya, terutamasaat acara ngobrol di pesta. Teman-temannya tentu terhibur dengan cerita-ceritatentang Ralph, sebagai sesosok manusia aneh, yangtelah dibumbui di sana-sini itu.Ajang itu menjadi kesempatanterbaik Sam memutarbalikkan fakta untukmemperkuat alibinya."Padahal aku sudah berusaha mengingatkan pamanku agar berhati-hati denganorang-orang paranoid seperti itu. Tapi tetap saja dia nekat mengirim jawaban yangprovokatif," kata Sam meyakinkan teman-temannya."Wah, berani betul!" sahut seorang teman. "Memang. Ia memang suka nekat.""Bagaimana kalau suatu kali orang gila itu yang nekat. Diadatang dan membuatkekacauan? Bahkan membunuh?""Wah, aku tidak ikut-ikutan tuh," kata Sam sambil menggelengkan kepala."Memangkadang-kadang agak khawatir juga. Tapi kebanyakan mereka tinggal jauh dari sini.Lagi pula aku kira, mereka cuma menggertak. Saya sudah peringatkan Paman Ralphsoal ini, tapi dia tetap menolak. Saya bisa apa? Dia kan bos saya."Sangat sempurna! Bagaimana jika seseorang dengan niat jahat benar-benar datangmenemui Ralph dan Ralph benar-benar terbunuh? Orang-orang sudahmemperhitungkan hal itu, begitu juga dirinya. Yang terpenting, bagaimana mungkinSam akan disalahkan? Semuanya akan mengarah pada "kelakuan" Ralph sendiri.Orang-orang akan berkata, Sam telah mencoba menyelamatkan Ralph dari dirinyasendiri.Bagaimana jika ternyata tak seorang pun paranoia yang datang menyambangi Raph?Ya, enggak apa-apa. Di sinilah asyiknya rencana Sam. Kasarnya, nothing to loose,karena mungkin saja nantinya tidak akan terjadi apa-apa. Tidak akan ada orang gilayang muncul dengan nafsu membunuh. Ralph pun dapat hidup dengan aman. Begitupun Sam, bisa menghabiskan sisa umurnya tanpa perlu menyimpan rasa bersalah.Ia hanya memperagakan permainan yang bisa berbahaya dan menjanjikan hal-halhebat di dalamnya, atau tidakberbahaya sama sekali.Dikejutkan paketDering telepon sedikit mengejutkan Sam yang siang itu sedang asyik membuatcatatan keuangan bulanan di ruang kerjanya. Sam mengangkatnya. Meski salurantelepon tersambung paralel dengan ruang kerja Ralph, Sam yang selalu bertugasmengangkat setiap panggilan telepon."Ya. Halo!"87"Paket kiriman, Tuan Gelderman, dari Prime Publishers." Resepsionis gedungmemberi tahu.Sam mengeluh dalam hati. Ah, pastilah bundel buku dari sebuah galeri dan memintaRalph memberi pernyataan promosionalnya. Meski Ralph tidak pernah bersedia,pihak penerbit sepertinya tidak pernah putus asa. Akhirnya, menjadi tugas Samuntuk memberikan jawaban penolakan, untuk yang kesekian ratus kalinya. Sebuahtugas yang benar-benar membosankan."Apakah orang yang mengirimkan paket ini masih ada?" tanya Sam. Setelahdiiyakan, Sam melanjutkan,"Kalau begitu, suruh dia ke atas."Dua menit kemudian, bel pintuberbunyi. Sam beranjak ke pintu dan menyambutpengirim paket yang sudah berada di depannya. Usianya paruh baya, tak ada yangmencolok dari penampilannya.Ia memegang sebuah kotak berwarna kecoklatan."Anda, Tuan Gelderman?""Ya," ujar Sam tidak sabar sambil menerima kotak itu."Apakah ada yang harus sayatanda-tangani?"Sam mengambil pena dari sakunya, tapi sesaat kemudian ia menyadari paket itukosong. Paket itu ikut tertekan genggaman jari-jarinya tanpa tertahan."Apa ini? Hei,apa yang kau lakukan?"Tiba-tiba si pengirim paket sudah merangsek masuk ke dalam, mendorong Sam kesalah satu dinding dan menutup pintu di belakangnya. Ia kemudian berkata,"Namaku Lawrence Leghorn dan saya ke sini untuk bertemu denganmu, RalphGelderman."Perut Sam langsung mengejang. Ini orangnya! Mungkin saja berniat untukmenyerang dan memukul! Ia berkata dengan serak, "Andasalah. Saya bukan RalphGelderman. Saya sekretarisnya. Tuan Gelderman sedang tidak ada."Mata Leghorn menyipit. Ia memegang pinggang Sam dengan kuat sekali. "Sipenjaga pintu memanggilmu Gelderman, dan kau baru saja memberi tahu namamuGelderman." "Saya Sam Gelderman!""Kau baru bilang bahwa kau adalah sekretarisnya." "Sayamemang sekretarisnya.Saya juga keponakannya, jadi saya punya nama yang sama. Di dalam suratdituliskan 'RG/sg'. Sayalah 'sg'."Leghorn ragu-ragu untuk sesaat. Kemudian ia berkata,"Foto yang ada di bukuadalah fotomu.""Itu adalah foto yang lama dan ada kemiripan dalam keluarga, tetapi ia dua puluhtahun lebih tua dariku," ujar Sam panik. Tubuhnya gemetar.Leghorn berpikir sejenak. Kemudian berkata, "Aku tak percaya padamu!" Iamencabut sebuah pistol dari sakunya dan menembakkannya tiga kali. Dor! Dor! Dor!Tubuh Sam pun langsung jatuh ke lantai, tergeletak, tanpa nyawa.