Seikat Kata untuk Cinta - Lantip Dikemas 12/04/2003 oleh Editor Dua mata saling menatap, ketika kita bertemu kembali setelah sekian lama Sang Waktu memisahkan kita. Sorot mata itu tampak begitu lain. Terlukiskan petikan dawai-dawai kerinduan yang tercipta mengiringi nyanyian cinta yang terpendam. Sorot mata yang membisu seakan bercerita segalanya, tentang selapis tirai yang ingin kau bentangkan untuk menutupi kata hati yang sebenarnya. Anganku mengintip nuranimu, menjenguk bagaimana hatimu bertalu-talu menyerukan bisikan cinta yang membara yang tak akan padam dimakan Sang Waktu. Oh….., tatapan itu mengunciku dalam sebuah perangkap yang kau tebar. Ketika sebuah cinta yang selama ini kupendam bertemu dengan pasangan jiwanya dan tumbuh subur layaknya bunga-bunga sakura di musim semi. Aku pun tak dapat membohongi ragaku. Aku mungkin bisa menipu dunia, bahwa aku tak mencintaimu. Tapi tentu tidak dengan dirimu yang sekarang berada di hadapanku. Tapi tak sepatah kata pun hendak terucap dari bibir ini untuk mengatakan ”aku selalu menantimu”. Aku justru merasa benci dengan pertemuan kita. Suatu pertemuan tiba-tiba yang telah menggoyahkan jagad keseimbangan dalam jiwaku. Kasih aku sangat mengerti bahwa kau mencintaiku. Tanpa seuntai kata terucap pun aku bisa mengenalinya. Cinta sejati bisa diraba melalui rasa, ditatap oleh mata, dan dikecap melalui ekspresi. Aku telah berjuang keras untuk mengubur namamu dalam hatiku yang terdalam. Ingin kulupakan semuanya, seperti angin lalu di musim kemarau. Tapi pertemuan ini akan membangkitkan kembali ziarah itu. Semuanya akan mengawali awalnya kembali. Tidak ada yang salah dengan cintamu. Dan juga tidak berdosa ketika aku pun mencintaimu. Tapi saat ini waktulah yang tidak mengizinkannya. Hari-hariku hanya penuh dengan cita, dan tak ada sedikit pun waktuku untuk cinta. Begitu banyak angan ini yang belum terlunaskan. Masih setumpuk harapan yang harus kutebus. Aku tak ingin memberatkan setiap langkahku dengan dirimu mengganjal setiap langkahku. Kau mungkin akan beralasan bukankah cinta sebuah penyemangat di kala aku lelah dan pendorong ketika aku putus asa. Tapi semua itu hanyalah teori cinta yang tak semanis kenyataannya, ketika kau telah menjadi milikku semua akan berkata lain. Seorang wanita begitu posesif terhadap miliknya. Wanita mencintai kepastian dan keterikatan. Sementara aku hanya ingin dimiliki oleh angan dan citaku. Dan aku adalah pendamba dan pemuja kebebasan. Wanita begitu lembut, selembut sutra. Ia adalah makhluk yang ingin selalu diperhatikan. Sementara untuk saat ini aku tak memiliki secuil pun waktu, bahkan hanya untuk memikirkannya. Wanita memimpikan pangeran-pangeran romantis bak dongeng. Sementara aku terlalu asyik mengembara bersama imajinasiku dan mencari semua anganku. Hingga terkadang aku merasa tidak memberiku sedikit pun kesenangan. Oleh karena itu maafkan aku wahai cintaku. Aku tak ingin membuatmu tak nyaman dengan cintaku. Aku tak ingin melihat rentetan kristal air matamu menjelajahi menuruni matamu, yang indah bak bulan purnama. Aku tak rela melukai hati orang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku tak ingin kau harus menyusuri hari-hari sepi seorang diri, sementara aku sibuk dengan diriku sendiri. Ketahuilah Kekasihku, cinta sejati tak pernah menuntut untuk memiliki. Cinta sejati tak perlu terucap dengan kata, cukup dirasa dengan getaran hati. Cintaku ini mungkin tampak aneh dan asing, tapi itu lebih baik bagi kita berdua. Kasihku tolonglah jangan kau ikuti aku dengan bayang-bayangmu. Berikanlah kerelaanmu untuk melepaskanku bebas terbang di angkasa. Biarkanlah aku terbang bebas di angkasa raya layaknya burung layang-layang yang meliuk penuh keriangan. Aku masih menginginkan kebebasanku untuk berlari ke realitas dunia lain yang aku ciptakan sendiri. Pengembaraanku begitu jauh dan berliku. Aku pun tak tahu pasti apakah aku akan tiba pada tujuanku atau tidak. Kumohonkan dengan sepenuh hati agar kau berhenti mengetuk alam bawah sadarku. Dirimu yang selalu hadir dalam mimpiku, hanya menyadarkan aku bahwa selama ini aku memang kesepian di tengah-tengah hingar –bingarnya kehidupanku. Kehadiranmu hanya akan menciptakan sebuah ruang kosong dalam hatiku yang selama ini berusaha kulupakan. Jujur kuakui ketika Sang malam tiba dan yang menemaniku hanyalah nyanyian suara-suara malam. Aku sering merasa aku sendirian di dunia ini. Dan aku membutuhkan permaisuri hatiku, untuk mengarungi malam-malam yang sepi. Beribu teman yang kumiliki seakan tak dapat menggantikannya. Aroma kesepian menjadi bagian tak terpisahkan dari diriku. Tapi bagaimanapun juga aku belum bisa mengajakmu memasuki kehidupanku saat ini. Mungkin suatu saat nanti ketika aku sudah menebus semuanya. Ketika aku sudah mengungkap misteri kayalku. Aku akan menjemput hatimu di stasiun cinta itu. Ini bukan berarti kau harus selalu menungguku dengan setia di stasiun itu. Berangkatlah bersama kereta lain apabila kau merasa yakin dengannya. Apabila ia bisa memberikan apa yang kau inginkan. Hidup ini adalah sebuah pilihan dan hakmu untuk memilih kepada siapa hatimu akan kau serahkan. Bukankah cinta itu membebaskan? Dan bukankah cinta itu berkorban, bukannya meminta pengorbanan? Cinta sejati tak pernah menuntut. Cinta sejati merasa bahagia ketika yang dikasihinya bahagia. Seandainya kau telah berlalu bersama hati yang lain. Aku pun akan melanjutkan hidupku, aku akan berlindung di balik hati yang lain. Aku tak akan mengganggumu lagi wahai pujaanku. Tapi kau akan kubuatkan istana yang termegah di sudut hatiku, melebihi keindahan Taj Mahal yang termasyhur itu. Di sanalah kenanganku tentangmu akan bersemayam untuk selama-lamanya. Dan tak seorang pun akan mengetahuinya kecuali diriku seorang. Tak pernah kusesali semua yang terjadi. Karena semua atas perjanjian rahasiaku dengan permainan nasib. Semua adalah harga mahal untuk pilihan antara cita dan cinta. Ketika cinta datang Aku hanya terdiam Ketika dia meninggalkanku Aku menghantarkannya Cintaku membebaskan Pergilah bersama ragamu Dan bayangmu selalu kugenggam Wahai Sang Cinta sejati