watch sexy videos at nza-vids!
RAHASIA DI BALIK CELANA

Durban, Afrika Selatan. Malamterus beranjak semakin larut.Sudah tiga jam MaudAken mondar-mandir di ruangtamu, sambil berkali-kali melihat jam dinding. Sesekaliperempuan tua itu membuka pintu, berharap Joy, anak gadisnya, datang. BiasanyaJoy sampai di rumah tak lewat pukul tujuh malam. Tapimalam itu wajah cantikanaknya tak juga muncul hingga pukul sepuluh malam.Padahal, pihak kantor bilang,Joy pulang pukul enam sore. Perasaan keibuannyamengatakan, ada sesuatu yang tak beres dengan anak gadisnya. Tapi perasaannyatak mampu membedakan, apakah Joy mengalami ... Jangan-jangan .... Ah, tidak!Berkali-kali ia menyuruh Colin, anak laki-lakinya, untuk pergi ke kantor Joy. Berkalikaliitu pula Colin menolak."Buat apa ke sana? Dia 'kan sudah keluar kantor," bantahnya. Jawaban itu membuatibunya kesal. Tapi ia tahu Colin benar. Mulutnya tampak berkomat-kamit tipismerapalkan sesuatu. Entah gerutu, entah doa.Baju pesta sia-siaSemakin malam, Maud tampak semakin gusar. Tiba-tiba saja ia menjadi begitubenci terhadap malam, karena gelap selalu menjadi persembunyian orang-orangjahat yang melakukan tindak kriminal. Ia yakin sekali, telahterjadi sesuatu yang takberes dengan Joy. Sebelum berangkat, gadis itu bilang akan pergi ke pestakawannya sepulang kerja.Maud bahkan sudah menyiapkan gaun yang bakal dipakai anaknya. Gaun itu kinimasih tergantung rapi di kamarnya.Tak sabar dengan Colin yangselalu membantah, Maud masuk ke kamar, bergantipakaian, hendak berangkat ke kantor Joy sendirian. Begitu keluar menuju garasi, iamendapati Colin sudah berada di dalam mobil.Meski tak bisa menyembunyikan kekesalannya, si ibu menurutsaja ketika Colinmembukakan pintu mobil untuknya. Mereka berangkat dengan sama-sama kesal.Sepanjang perjalanan, mereka diam satu sama lain, sibuk dengan pikirannyamasing-masing.Setengah jam kemudian, mereka sampai di lokasi kantor Joy. Suasana lengang.Lampu-lampu sudah dimatikan. Hanya beberapa yang masih menyala. Beberapaorang petugas keamanan menghentikan mobil mereka di
pintu masuk. "Selamatmalam! Ada yang bisa kami bantu?" Dengan penuh kecemasan, Maud menjelaskanmaksud kedatangan mereka berdua. Namun, dari para petugas keamanan itumereka tak memperoleh informasi tambahan apa-apa.113Joy sudah meninggalkan kantor sejak pukul enam sore. Titik. Seperti biasa, iameninggalkan kantor sendirian. Cuma itu informasi yang mereka dapat. Informasiituseolah memperkuat dugaan Maud bahwa memang telah terjadi sesuatu yang tidakberes dengan Joy. Pastilah sesuatu yang sangat buruk, hingga Joy tak sempatmenelepon ke rumah.Dari kantor Joy, Colin melajukan mobilnya ke kantorpolisi. Di sana, merekamendapat sambutan yang sama, "Selamat malam! Ada yang bisa kami bantu?" Kaliini Colin mewakili ibunya, menjelaskan maksud kedatangan mereka. Beberapa menitkemudian, mereka ditemui langsung oleh Brigadir Polisi Grobler. Dengan kecemasanyang tak surut sedikit pun, Maud tampak tegang ketika menjawab pertanyaan polisitentang anaknya."Umur 20 tahun. Sekretaris. Cantik. Rambut hitam sebahu. Meninggalkan kantorpukul enam sore. Sendirian. Memakai ...." Colin menjelaskan dengan rinci.Dari catatan polisi, tak ada laporan tentang kecelakaan lalu lintas malam itu. Groblerhanya bisa berjanji, mereka akan membantu mencari Joy. Tak menunggu sampaiMatahari terbit, tapi malam itujuga. "Ibu tak perlu terlalu risau hanya karenaperasaan. Mungkin Joy langsung berangkat ke pestadan lupa tak meneleponrumah," hibur Grobler.Tapi Maud seperti tak bisa dihibur. Ia meninggalkan kantor polisi dengan wajahsemakin gusar. Seorang polisi ikut mengantar ke rumah mereka. Sampai di rumah,polisi memeriksa kamar Joy. Ia membolak-balik gaun Joy yang tergantung rapi. Takada petunjuk apa-apa yang bisa didapat. Ia kemudian meninggalkan rumah denganpesan agar kamar Joy tidak diutak-atik."Mungkin nanti kami memperoleh petunjuk," katanya.Tak urung, ini malah membuatMaud bersungut-sungut. Malam itu, ia tak bisamemicingkan mata sebentar pun. Di kepalanya berkecamuk berbagai dugaan.Malam seperti berings ut
sedemikian pelan. Maud tak sabar menunggu pagi.Menunggu cahaya Matahari yang akan menerangi muka orang-orang jahat.Menjelang pagi, Maud dan Colin mendahului Matahari terbit, bergegas pergi kekantor polisi lagi, menanyakan kabar pencarianJoy. Belum ada kemajuan. Hanyaada informasi tambahan bahwa sebelum Joy menghilang, ia dua kali disambangitamu. Seorang pria yang sangat tampan, kata kawan-kawan Joy yang kebanyakancewek. Umurnya jauh lebih tua dari Joy. Tapi tak ada satu pun kawan Joy yangmengenal pria itu.Di kantor, Joy dikenal tertutup soal kehidupan asamaranya. Bahkan Maud punmengaku tak banyak tahu tentang kawan-kawan Joy. Iabahkan tak tahu apakah Joysudah punya pacar atau belum. Joy tak pernah bercerita. Juga tak pernahmemperkenalkan pria itu kepada Maud. Cindy, kawan dekat Joy di kantor,mengatakan kepada polisi bahwa ia pernah berpapasandengan Joy bersama priatampan itu, mengendarai mobil Ford Anglia warna merah.Semua kawan Joy dimintai keterangan tentang pria itu. Tapi tak banyak informasiyang didapatkan. Setiap kali polisi bertanya kepada mereka, jawaban pertamaadalah bahwa pria itu tampan.Sangat tampan. Jawaban khas perempuan. Menurutdugaan mereka, pria itu umurnya kira-kira belasan tahun di atas Joy. Ia pernah duakali menjemput Joy ke kantor.114Pada kunjungan pertama, keduanya tampak akrab, mesra. Tapi pada kunjungankedua, Joy tampak seperti menyembunyikan rasa kesal pada pria itu. Cuma ituinformasi yang bisa digali polisi. Jelas saja polisi tak bisa mempersempit pencarianhanya dengan bekal informasi itu. Di Durban, ada ribuan pria tampan dan mobilAnglia merah."Salah satunya adalah saya,"kata Grobler berkelakar kepada Ajun Brigadir PolisiLeon, salah seorang anak buahnya. Ia berani bergurau ketika Maud sudahmeninggalkan kantor polisi. Hari itu juga, Maud menelepon John, suaminya yangbekerja di Pretoria, memintanya pulang. Selama ini, John dan Joy adalah dua seteruyang tak pernah akur. Meski Joy adalah anak kandung John sendiri, hubungan
keduanya jauh dari kesan hubungan seorang ayah dan anak.Joy tak pernah menggubris ucapan bapaknya. Ayahnya pun tak pernah pedulidengan apa yang terjadi pada anak gadisnya.Maud curiga, suaminya ikut bertanggung jawab terhadap hilangnya Joy. Tapi ia takmengatakan hal itu kepada polisi. Ia tak ingin masalah keluarganya menjadi catatanpolisi. Merasa dicurigai, John tak sanggup menahan murkanya. "Binatang buas sajatak akan memangsa anaknya sendiri," umpatnya sambil meninggalkan Maud.Teropong pakaian dalamHingga seminggu sejak Joy hilang, belum ada tanda-tanda polisi menemukanjejaknya. "Polisi tak bisa diandalkan!" keluh Maud di depan Grobler, ketikakekesalannya memuncak."Polisi bukan dewa, Bu!" elak Grobler. Tapi ia cumamengucapkannya di dalam hati. Ia takut menyinggung perasaan Maud.Tiap malam, Maud tidur tak lebih dari empat jam. Seminggu sejak Joy hilang,wajahnya tampak kusut. Asmanya sampai kumat. Colin pun ikut merasa bersalahatas hilangnya Joy. Bahkan John, ayahnya, sampai mengambil cuti kerja. Di harikedelapan, Colin menyarankan ibunya untuk minta bantuan Nelson Palmer,seorangparanormal yang juga mantankepala SMA tempat Colin dan Joy bersekolah dulu.Awalnya, Maud tak menghiraukan saran Colin. Ia tidak begitu percaya dengansemua yang berbau klenik. Tapi Colin kemudian berhasil meyakinkan ibunya bahwaNelson tidak seperti paranormal kebanyakan. Di kalangan orang-orang dekatnya,Nelson dikenal sebagai paranormal nyentrik, misterius, dan sangat pilih-pilih. Ia lebihsering menolak permintaan daripada mengabulkan.Ia bisa melihat sesuatu di tempat yang jauh, tapi ia sendiri tidak mau disebutparanormal. "Ilmu yang saya gunakan ini sama sekali bukan klenik. Sama sepertiteknologi telepon yang memungkinkan dua orang bicara dari tempat yang jauh.Sayatidak menggunakan kemampuan saya secara sembarangan!" katanya kepada Maud."Tapi ini bukan permintaan sembarangan, Pak Nelson. Inimenyangkut nyawa Joy,anak saya, juga bekas muridPak Nelson," bujuk Maud. Dengan bantuan wajahnya
yang memelas, Maud tak butuh waktu lama untuk membuat Nelson menganggukkankepala. Ia kemudian minta kepada Maud untuk membawabeberapa pakaian Joy,termasuk beberapa pakaian dalamnya. "Maaf. Saya tak bermaksud jorok. Tapi sayaingin mengetahui sebuah rahasia. Saya perlu barang yang sangat pribadi."Hari itu juga, Maud, John, dan Colin datang ke rumah Nelson sambil membawabeberapa potong pakaian Joy. Nelson membawa merekake ruang pribadinya,sebuah kamar yang sangat rapi dan penuh buku, jauh dari kesan kamar paranormal.Sambil disaksikan ketiga orang keluarga Joy, Nelson mulai melakukan ritusnya. Ia115meletakkan pakaian-pakaian Joy di meja, memegangnya dalam keadaan mataterpejam.Selama beberapa menit, suasana senyap. Yang terdengar hanya napas Nelson yangnaik turun. Beberapa saat kemudian Nelson bicara. Suaranya berat, "Joy sudahmeninggal!" Mendengar kata-kata itu, Maud lunglai. Tungkainya seolah tak sanggupmenahan tubuhnya tetap berdiri. Suasana ruangan sesaat menjadi muram. Entahmengapa Maud percaya begitu saja dengan kata-kata Nelson, seolah-olah ia telahterbiasa mempercayai tukangramal."Jika sudah meninggal, di mana mayatnya?" tanya Maudsambil tak kuat menahanair mata sedihnya. Nelson kemudian melanjutkan ritusnya lagi, memegang pakaianJoy, sambil matanya terpejam. Sesaat napasnya kembali terdengar naik turun."Diaada di sebuah tempat ... seperti ... sebuah saluran air.... Di dekatnya ada ...bukit ...." Ia bicara putus-putus seperti sedang mengamati sebuah tempat.Ketika Nelson membuka matanya, mereka berempat saling berpandangan. "Akutahu tempatnya. Jika kalian mau, antarkan aku ke sana!" katanya. Tanpa menunggujarum menit pindah angka, mereka berempat segera berangkat. Colin menyetir,sementara Nelson menjadi penunjuk jalan. Mereka melaju ke arah selatan hinggakeluar dari Durban.Telah puluhan kilometer mereka tempuh, tapi Nelson belum juga menyuruh berhenti.Ia terus bilang, "lurus","belok kiri- belok kanan". Wajahnya yang masam selalumemandang lurus ke depan.
Matanya seperti tak pernah berkedip. "Lelaki tua yangsangat aneh," pikir Maud. Nelson tak pernah bicara kecuali ditanya. Tampangnyatampak sangat pas untuk memerankan tokoh antagonisdi film-film misteri.Sedemikian jauhnya jarak tempuh mereka, Maud sampaikelihatan teler dan berkalikalimengubah posisi duduknya. Namun, ia tak berani bertanya macam-macamkepada Nelson. Ketika hampirsaja Maud angkat suara, Nelson menyuruh Colinmenghentikan dan meminggirkan mobil, tepat ketika mereka berada di antara duabuah bukit di wilayah Umtwalumi.Nelson turun dari mobil, kemudian berjalan turun ke arah lereng bukit. Colin danJohn mengikuti dari belakang sementara Maud tinggal di mobil. Nelson terusmenuruni lereng bukit hingga ia sampai di depan sebuah pintu gorong-gorong. Iaberhenti di sana, mengamati lubang gorong-gorong yang gelap dan kotor. Baunyabusuk. Tampaknya memang bau mayat. Tapi karena bagian dalam saluran air itugelap, mereka bertiga tak bisa melihat apa-apa."Sebaiknya, kamu minta bantuan polisi," kata Nelson kepada Colin. Dengan sigap,Colin kemudian meninggalkan Nelson, mencari kantor polisi terdekat. Setengah jamkemudian ia kembali. Nelson masih berada di tempat semula dengan posisi berdiritak berubah, seperti ketika ditinggal oleh Colin.Berbekal berbagai alat bantu untuk medan sulit, polisi tak kesulitan masuk ke dalamgorong-gorong.Beberapa menit kemudian mereka keluar membawa potongan tubuh manusia. Taksalah lagi, tubuh Joy. Tubuhnya dipotong menjadi dua bagian. Di kepalanya masihtampak sisa luka tembakan sementara organ-organ bagian perutnya terburai keluar.Colin dan John bergidik melihatnya. Untung saja Maudtak ikut turun ke bawah. Jikamelihat, ia pasti perlu digotong untuk menaiki lereng.116Teman selingkuhBerbekal laporan penemuan mayat Joy, Brigadir Polisi Grobler mempersempitpencarian di sekitar wilayah Umtwalumi. Berdasarkan catatan polisi, di daeran ituada delapan orang yang memiliki mobil Anglia warna merah. "Tapi tak ada satu punyang sangat tampan," gurau
Leon kepada Grobler.Namun, keraguan Grobler berubah menjadi harapan ketika ia bicara dengan Th emba,salah satu pemilik Anglia merah. Di bengkel radio panggil miliknya, ia mengakupunya seorang pegawai, Clarence Van Buuren, yang sering memakai mobilnyauntuk urusan kerja maupun pribadi. Themba mengaku, Van Buuren membawa kaburuangnya dan tidak masuk kerja sejak seminggu yang lalu."Apakah ia tampan?" tanya Grobler."Sangat tampan," jawabnya tanpa ragu."Ya! Tak salah lagi!" seru Grobler dalam hati. Ia merasa telah menemukan titikterang.Berbekal alamat dari Themba,polisi mengejar Van Buuren ke rumahnya di Pinetown.Tak tanggung-tanggung, puluhan polisi dikerahkan. Ketika mereka sampai di sana,Van Buuren sempat berusahamelarikan diri dari pintu belakang. Tapi polisi tak perluusaha terlalu keras untuk membekuknya.Malam itu juga, Van Buuren dibawa ke kantor polisi.
"Hmmm, dia memang tampan.Cewek-cewek itu tak salah. Pantas saja Joy jatuh cinta," kata Grobler kepada Leon.Di depan Grobler, Van Buurenbersikukuh menyangkal telahmembunuh Joy. Iabahkan mengaku terkejut mengetahui Joy meninggal dunia. Ia tak menyangkaldirinya kenal dekat dengan Joy dan pernah datang dua kali ke kantornya. Ia jugamengaku pernah mengajak Joy berjalan-jalan dengan mobil Anglia merah milikThemba. Pengakuannya samapersis dengan cerita kawan-kawan Joy."Bagaimana logikanya, saya membunuh orang yang saya sukai?" elak Van Buuren."Lalu mengapa Anda berusaha kabur ketika polisi datang?" desak Grobler."Saya kira polisi mau menangkap saya karena membawa kabur uang Pak Themba,"jawabnya."Anda sudah punya istri dan anak, mengapa masih berhubungan dengan Joy?"tanya Grobler. "Saya pikir urusan selingkuh bukan tindakan kriminal," tukasnya.Van Buuren mengaku, pada malam hilangnya Joy, ia berada di rumahnya diPinetown. Ia bahkan menyarankan polisi memeriksa John, ayah Joy."Saya tak bermaksud menuduh, tapi mungkin polisi bisa memperoleh informasi,"ujarnya. Menurut pengakuannya, Joy sering curhat kepadanya bahwa ia seringbertengkar dengan ayahnya. Hingga berjam-jam interogasi, Grobler tak menemukanbukti bahwa Van Buuren membunuh Joy. Tapi ia tetap ditahan atas dakwaanmelawan polisi dan membawa kabur uang Themba.Esoknya, polisi memanggil John, ayah Joy. John marah-marah ketika diinterogasi. Iamerasa telah dituduh oleh polisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan."Saya mungkin bukan seorang bapak yang baik. Tapi apa untungnya saya117membunuh anak sendiri?" John balik bertanya. Ia mengaku sedang berada diPretoria saat Joy hilang."Dua ratus kilometer dari Durban! Bagaimana mungkin saya membunuhnya?"tangkisnya keras dengan urat-urat menyembul di batang lehernya.Grobler kali ini pun tak punyabukti apa-apa. Perusahaan tempat John bekerja diPretoria memberi kesaksian bahwa John tidak pernah meninggalkan pekerjaanselama sebulan terakhir. Kawan-kawan kerjanya pun
mengatakan, mereka bersamaJohn pada malam hilangnya Joy.Grobler maupun Maud sebetulnya menduga, Van Buurenlah pembunuhnya. Namun,sejauh itu mereka belum menemukan bukti."Saya bisa merasakan, pria itulah yang membunuh anak saya. Saya yakin!" kataMaud yang berulang-ulang mempertanyakan kemajuan kasus penyelidikan itu."Polisi boleh bekerja dengan perasaan, Bu! Tapi kami tak boleh menghukum oranglain atas dasar perasaan," balas Grobler.Sisa janinLebih dari 20 orang dimintai keterangan oleh polisi, termasuk Sylvia, istri Van Buuren.Kepada polisi, ia mengaku suaminya memang berada di rumah saat malam kejadianhilangnya Joy. Hingga empat hari sejak mayat Joy ditemukan, polisi belummemperoleh kemajuan bermakna."Mengapa kita tidak memanfaatkan Nelson saja?" usul Leon pada Grobler, "Dia 'kanbisa menemukan mayat Joy. Siapa tahu dia juga bisa menemukan pembunuhnya?"Bukannya menanggapi usul itu, Grobler malah berseru,"Hei, mengapa kita percayabegitu saja kepada paranormal itu?""Maksud Pak Grobler?""Saya justru curiga kepada paranormal itu. Dia bisa menemukan mayat yang beradapuluhan kilometer dari rumahnya. Jangan-jangan diatahu pembunuhan ini. Kalau diamemang paranormal kondang,mengapa selama ini kita tidakpernah mendengarberita tentang kehebatannya?""Se baiknya, kita tidak berprasangka buruk pada Nelson. Kalau dia tahu kitamencurigainya, dia pasti tidakakan mau menolong kita lagi. Siapa tahu kita masihbutuh pertolongannya.""Oke. Kita coba saja!"Esoknya, Grobler mengundang Nelson Palmer ke ruang kerjanya. Ia sengajamengajak Nelson mengobrol layaknya sedang berkonsultasi. Ia tak ingin Nelsonmerasa dicurigai."Jika saya boleh tahu, bagaimana Anda bisa menemukan mayat Joy di tempat yangjaraknya puluhan kilometer dari rumah Anda?""Ah, itu hanya sedikit kemujuran," jawabnya merendah."Apakah Anda punya penjelasannya buat polisi seperti saya?"118"Kami menyebutnya psikometri. Saya baru menguasainya ketika umur saya lebihdari 50 tahun. Ilmu ini tak beda jauh dengan ilmu listrik
atau medan magnet. Kita bisamerasakannya tapi tak bisa melihatnya. Saya menerima sinyal dengan cara yangsama ketika radio menerima gelombang elektromagnetik. Saya bisa melihat sesuatudi tempat yang jauh, sama seperti Pak Grobler bisa bicara lewat kabel telepon. Pakpolisi punya teknologi, saya punya kemampuan indera jarak jauh. Itu saja bedanya.""Apakah selama ini Pak Nelson sering menggunakan ilmu, emm, apa tadinamanya?""Psikometri. Seingat saya, baru lima kali saya menggunakannya.""Anda kenal dengan keluargaJoy?""Ya. Joy dan Colin bekas murid saya di SMA. Saya kepala sekolahnya.""Punya hubungan khusus dengan mereka?""Tidak.""Anda bisa menebak nomor lotre?""Saya bukan peramal. Saya tak bisa melihat masa depan. Kalau saya bisa menebaknomor lotre, pasti saya sudah kaya raya," jawabnya dengan ekspresi wajah datar,tak ada senyum sedikit pun."Anda tahu lokasi mayat Joy dibuang. Mestinya, Anda jugatahu siapa pembunuhnya.Bukan begitu?""Sayang sekali, ilmu saya tidak sampai ke situ. Mungkinbelum sampai!""Apa bedanya melihat mayat Joy dan melihat wajah pembunuhnya?""Terus terang, agak rumit menjelaskan ini. Keduanya berbeda. Mungkin sepertitelepon yang bisa dipakai untuk bicara, tapi tak bisa dipakai untuk mengetahuipencuri yang menggarong rumah.""Apa yang Anda perlukan agar bisa mengindera jarak jauh?""Biasanya, saya menggunakan pakaian yang pernah melekat langsung di kulit orangyang bersangkutan.""Kalau begitu, apakah Anda bisa melihat apa yang telah terjadi dengan Joy dan VanBuuren jika Anda punya pakaian keduanya?""Saya belum pernah melakukan itu sebelumnya. Tapi, mungkin bisa dicoba.""Anda berani menjamin penglihatan Anda benar?""Saya tak bisa menjamin. Tapi saya menawarkan jalan tengah: saya mengindera,dan polisi mencari bukti. Klop 'kan?""Pintar juga Anda. Rupanya, Anda tidak sebodoh tampang Anda," gumam Grobler didalam hati. "Apakah Anda bisa membaca pikiran saya?" tanya Grobler sedikitkhawatir, jangan-jangan Nelson bisa membaca pikirannya.119"Saya tak bisa membaca
pikiran orang. Tapi saya bisamerasakan Pak Groblermeragukan saya," jawabnya.Grobler diam saja.Hari itu juga Grobler meminta Leon mengumpulkan beberapa potong pakaian VanBuuren dan Joy, termasuk pakaian dalam mereka. Van Buuren sendiri tak tahucelana kolornya akan dipertemukan dengan celana dalam Joy di depan Nelson.Setelah pakaian itu terkumpul, Grobler dan Leon membawanya ke Nelson.Di ruang pribadinya, Nelson kembali melakukan ritusnya, disaksikan Grobler danLeon. Matanya terpejam. Tangannya memegang pakaian-pakaian itu. Napasnya naikturun."Saya cuma bisa melihat Van Buuren dan mayat Joy," kata Nelson dengan suaraberat."Cuma itu?" tanya Grobler setengah tak puas.Nelson kemudian melanjutnyaritusnya. Bermenit-menit kemudian, ia baru berujarsambil tetap memejamkan mata, "Tampaknya, dua benda ini pernah bertemu."Tangannya mengangkat pakaian dalam Joy dan Van Buuren."Maksud Anda?""Apakah saya perlu menjelaskan?""Maksud Anda, mereka pernah melakukan hubungan seksual?"Nelson tak menjawab pertanyaan itu dan menganggap Grobler percayadenganpepatah: diam berarti ya. Tapi Grobler masih tampak kurang puas denganpenemuan itu. Merasa tak dapat mengindera lebih banyak lagi, Nelsonmenghentikan ritus itu.Esoknya, polisi minta bantuandokter untuk memeriksa potongan mayat Joy lebihdetail lagi. Terutama organ bagian perutnya yang dipotong-potong. Dari pemeriksaanitu, dokter menyimpulkan, takada indikasi pemerkosaan. Tapi dokter mendapatkansesuatu yang sangat penting.Mereka menemukan sisa sel-sel janin di organ-organbagian perut yang terburai. Tak banyak, tapi cukup sebagai bukti untuk membuatkesimpulan."Hebat juga paranormal ini," kata Grobler kepada Leon."Paranormal meramal, polisi mencari bukti," balas Leon menirukan ucapan Nelson.Pada interogasi selanjutnya, Van Buuren mengakui dirinyapernah melakukanhubungan seksual dengan Joy. Namun, Van Buuren lagi-lagi berhasil mengelak."Itubagian dari perselingkuhan. Biasa 'kan?" Dia juga mengaku tak tahu kalau Joy hamil.
Sampai di sini, Grobler merasa masih belum punya bukti yang cukup. Merasa takbisa memaksa Van Buuren mengaku, Grobler kemudian memeriksa kembali Sylvia,istrinya. Pada awal pemeriksaan, Sylvia mengakuVan Buuren berada di rumah saatmalam hilangnya Joy.120Pada pemeriksaan kedua, Grobler langsung menohok Sylvia dengan mengatakanbahwa polisi telah menemukan bukti Van Buurenlah pembunuhnya. Sylvia didakwaikut bersekongkol menyembunyikan aksi pembunuhan itu."Kami akan meringankan hukuman Anda jika Anda memberi kesakisan yang benar,"kata Grobler.Setelah dicecar dengan banyak pertanyaan yang menjebak, Sylvia mengaku dirinyamemang mengetahui pembunuhan itu. Tapi ia sengaja berusaha menyelamatkansuaminya dengan memberi kesaksian palsu. "Saya tahu dia berselingkuh, melarikanuang majikannya, dan membunuh orang. Tapi saya tak sanggup kehilangan dia,"katanya."Van Buuren hanya ingin bersenang-senang dengan gadis itu. Tapi Joy ingin lebih.Dia sengaja membuang janin di perut Joy supaya, kalaupun mayatnya ditemukan,polisi tak akan menemukan motif pembunuhan itu," imbuh Sylvia.Mendengar kesaksian itu, Leon sekali lagi berbisik di telinga Grobler, "Nelsonmeramal, Maud mengandalkanperasaan, Grobler mencari bukti. 'Klop kan?"(Kisah nyata/Colin Wilson/Emshol)