watch sexy videos at nza-vids!
NYANYIAN SANG PUTERI

Tahun baru 1986 terasa kelam bagi Johnson & Johnson (J&J). Perusahaan AmerikaSerikat itu diajukan ke meja hijau oleh tujuh keluarga, mewakili tujuh korban tewasdalam tragedi "kapsul beracun". Mereka menghujat dan menuntut ganti rugi dari J&Jdan anak perusahaannya, McNeil Consumer Products Inc., yang memasarkan obatpengurang rasa nyeri yang terkontaminasi sianida. Tylenol, nama obat itu, langsungmenjadi musuh nomor satu masyarakat.J&J makin terjepit, setelah polisi sama sekali tak berhasil menemukan jejak misteriustercemarnya Tylenol. Penemuan pihak berwenang berhenti hanya pada dugaanbahwa sebagian obat asli telah dicampur sianida oleh pengoplos gelap sebelumbotol Tylenol "aspal" dijual layaknya obat asli.Padahal berbagai upaya mengungkap kasus ini telah dilakukan, denganmempertimbangkan berbagai motif. Termasuk meneliti siapa kira-kira yang bakalmeraup untung besar jika perusahaan raksasa AS itu mengalami prahara di lantaibursa. Maklum, tragedi kapsul beracun membuat saham J&J anjlok drastis.Celakanya, dari jutaan transaksi yang diperiksa, taksedikit pun ditemui titik terang.Sementara itu, masyarakat mulai resah. Drama pengoplosan mematikan yangtanpajejak itu makin terasa mengerikan, setelah media massa, baik cetak maupunelektronik, meliput besar-besaran kemalangan J&J dankegagalan polisi. Merekamenyebut kasus di Chicago itu sebagai kejahatan sempurna, the perfect crime.Memang demikian kenyataannyaMenggali makam suamiPolisi dan FBI bak menjadi sasaran bulan-bulanan. Pekerjaan rumah yang satubelum selesai, tugas tak kalah berat sudah menanti.Berita mengejutkan datang dari Seattle. Susan Snow, wanita berumur sekitar 40tahun yang tengah menanjak kariernya didapati meninggal seusai menenggak duabutir kapsul Excedrin, bikinan perusahaan farmasi Bristol Meyers. Kapsul itu, sepertiTylenol, juga obat pengurangrasa sakit.Susan dan suaminya, Paul Webking, memang dikenal sebagai penggemar beratExcedrin. Paul (45) sudah lama mengidap penyakit radang sendi. Untuk mengatasi
rasa ngilu di pagi hari, biasanya sehabis bangun tidur atau setelah mandi ia menelandua kapsul Excedrin. Pagi itu,11 Juni 1986, ia beruntung lolos dari maut, karenakebetulan obat yang diminumnya kapsul yang asli, bukan hasil oplosan.174Nasib berbeda menimpa Susan yang "salah pilih kapsul". Perempuan yangdisenangi tetangga kanan-kirinya karena selalu tampil enerjik dan opimistis itumenelan dua butir yang telah teracuni. Kariernya yang tengah menuju puncak diabaru saja dipromosikan sebagai vice president PugetSound National Bank tinggalkenangan. Anak perempuannya, Hayley (15) yang pertama kali menemukan ibunyaterbaring tak sadarkan diri dilantai kamar mandi.Meski segera dilarikan ke rumah sakit, Susan tak pernah lagi siuman. Tepat enamjam setelah kejadian, Susan Snow mengembuskan napas terakhir. Dengan berlinangair mata, Paul Webking mengizinkan tim dokter mencabut alat bantu pernapasanyang berjam-jam menahan kematian istrinya. Lewat pernyataan resmi yangdikeluarkan beberapa saat kemudian, RS King County Medical Examinermenyimpulkan, penyebab kematian Susan lantaran Excedrin berisi sianida.Apakah sang pengoplos Chicago 1982 kembali beraksi? Para penyidik terpecahmenjadi dua kelompok dalam menyikapi hal ini. Ada yang menganggap,pembunuhan di Chicago dan Seattle dilakukan oleh maniakyang sama. Namun, adajuga yang menduga peristiwaitu hanya ulah "orang baru". Alasannya, detailkejahatan dan modus operandi pengoplos Tylenol secara gamblang dijabarkan diberbagai media massa, sehingga mudah ditiru awam.Cerita itu pun sempat menjadiheadline dalam rentang waktucukup lama. Dalamkriminologi ada istilah copycat, untuk menyebut orang yang suka meniru kejahatanbesar dan aksi para penjahat legendaris.Para copycat berharap, aksinya turut dicatat sebagaibagian dari kejahatan berantai -itu jika pelaku sejatinya belum tertangkap - agar jejak kejahatannya tak tercium samasekali. Keberadaannya bak bayang-bayang yang sulit disentuh para aparat penegakhukum. Namun, jika yang
ditiru aksi para lege nda yangtelah tertangkap atau matiseperti Jack The Ripper, motivasi copycat umumnya cuma menginginkan sensasiatau menghidupkan kembali nama besar idolanya.Belum ada komentar resmi, baik dari pejabat FBI maupun pimpinan polisi lokaltentang hubungan pengoplos Chicago dengan kasus Seattle. Sampai akhirnya,datang petunjuk lain. Beberapa hari setelah kematian Susan Snow, polisi mendapattelepon dari King County Medical Examiner. Pengelola rumah sakit mengaku, barusaja memeriksa mayat Bruce Nickell yang dimakamkan beberapa pekan sebelumnya.Istri Bruce, Stella Nickell, mengizinkan makam suaminyadigali kembali, karenacuriga jangan-jangan kematian mendadak Bruce berhubungan dengan Excedrin."Dia memang punya kebiasaan minum kapsul itu dua butir saban pagi," cerita Stella.Faktanya, tim dokter yang datang memeriksa mendapati keberadaan sianida didalam jaringan tubuh Bruce. Sebenarnya, itu kali kedua tim RS King County menelitijasad Bruce. Pada kali pertama, beberapa jam setelah kematiannya, King Countyhanya melakukan pemeriksaan lanjutan, tanpa menganalisis jaringan tubuh Bruce.Saat itu hasilnya menguatkananalisis tim dokter Harborview Medical Centre yanglebih dulu didatangi Stella: yakni Bruce Nickell meninggalsecara wajar akibatpembengkakan paru-paru.Menurut catatan medisnya, karyawan bagian pemeliharaan jalan Negara BagianWashington DC itu meninggal pada 5 Juni 1986. Siang itu, dia pulang ke rumah lebihdini, karena kepalanya pusing tujuh keliling. Sesampai di rumah, Bruce langsungmenuju lemari kabinet di dapur, meraih botol Excedrin,lalu menenggak empat butirkapsul sekaligus.175"Biasanya, Bruce hanya minum dua butir, seperti dosis yang dianjurkan. Mungkinnyeri kepalanya benar-benarhebat," bilang Stella. Tak lama kemudian, tubuh lelakiberusia 40an tahun itu limbung. Ia mencoba mendapatkan udara segar denganberjalan-jalan ke beranda belakang. Stella sendiri berada di dapur ketika terdengarerangan Bruce."Stella?" panggilnya."Ada yang bisa kubantu,
Bruce?" balas Stella."Rasanya, aku mau pingsan,"sambung Bruce.Belum sempat Stella bereaksi,Bruce sudah ambruk, mencium tanah. Sejak itu kakeksatu cucu ini tak pernah lagi melihat dunia.Penggemar copycatAmerika kembali guncang. Setelah Tylenol memakan tujuh korban di Chicago, kinigiliran Excedrin beracun membunuh dua warga Seattle tak berdosa. Untukmencegah kepanikan yang lebih luas, polisi langsung menyisir rumah mobil keluargaNickell. Mereka menemukan barang bukti, dua botol Excedrin "aspal".Sementara itu RS King Countymulai kebanjiran pasien. Meski cuma sakit kepalaatau pegal-pegal ringan, warga Seattle lebih suka ke dokter ketimbang minumsembarang obat.Pasar swalayan tak ketinggalan melakukan sweeping rak obat secara besar-besaran.Hasilnya, ditemukan lagi dua botol Excedrin gadungan. Ditemukannya lima botolyang terkontaminasi itu mendorong Paul Webking mengajukan Bristol-Meyers,produsen Excedrin, ke pengadilan. Stella Nickell jugasegera menghubungipengacaranya untuk tujuan yang sama. Mereka berencana menuntut Bristol-Meyerskarena lalai menjaga keamanan kemasannya, mengakibatkan hilangnya nyawaorang yang mereka cintai.Dalam waktu singkat, kasus peracunan obat menjadi masalah nasional. Pelakunyaseperti selebriti yang dinanti banyak orang. Herannya, pengoplos juga mempunyai"penggemar" sendiri. Polisi disibukkan dengan banyak-nya orang datang ke markasmereka, bukan untuk mengeluh sebagai korban, tapi justru untuk mengaku sebagaipengoplos kapsul beracun. Lucunya, saat diinterogasi, para pencari sensasi itumalah banyak menceritakan detail yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.Mereka hanya meneruskan laporan reporter teve atau mencontek berita koran.Beruntung polisi punya informasi lebih lengkap berdasarkan hasil penelitianlaboratorium. Informasi itu sebagian tak beredar di kalangan wartawan. Makamereka dapat dengan mudah melihat kelemahan pengakuanpara penjahatkacangan yang hanya ingin mendapatkan ketenaran dan sensasi semata.Pimpinan FBI William Webster
yang semula sempat ragu, mulai melirik kemungkinanadanya copyc at dalam kasus peracunan obat di Seattle. Diamelihat adanyaperkembangan motif dan perbedaan detail antara kasus Chicago dengan Seattle."Perbedaan itu menunjukkan,pelakunya berbeda," analisisWebster. Katanya lagi,media massa berperan besardalam melahirkan copycat-copycat masa kini. Yangsangat dikhawatirkan bos FBI, para peniru akan melakukan kejahatan di lebihbanyak kota, dengan mengembangkan teknik mengoplos menjadi versi lebih canggih.176Jika ketakutan itu menjadi kenyataan, bencana akan melanda sektor farmasiAmerika. Tak ada jalan lain, FBI harus bergerak cepat. Mereka mengirim sedikitnya25 orang agen khusus ke Seattle. Belum lagi dukungan sekitar 80-an personel polisilokal dan Auburn, kota tetangga Seattle. Berdasar hasil pemeriksaan forensik, timgabungan itu menyimpulkan, jejak kimia di lima botol yang telah ditemukan, berasaldari satu sumber. Selain itu, cara mengemas kembali botol-botol itu punya banyakkemiripan.Yang diuntungkanDi sisi lain, polisi tetap mencari motif alternatif, dengan menyelidiki pihak-pihak yangdiuntungkan dari hancurnya merek Excedrin dan nama baik Bristol-Meyers. Merekamenganalisis jutaan transaksi di lantai bursa. Meski tak satu pun dapat dimanfaatkansebagai bukti langsung.Paul Webking, suami Susan, juga ikut diperiksa. Namun, tanya jawab yang dicatatalat pendeteksi kebohongan membuktikan, Paul sepertinyatak menyimpan sedikitpun niat mencelakai istrinya. Jawabannya lugas dan tidak dibuat-buat.Sebaliknya, Stella menolak diperiksa dengan alat pendeteksi kebohongan. Sikapyang tidak kooperatif itu sedikit mengundang kecurigaan Jake Evans, kepala polisiAuburn. Dia juga tertarik pada fakta, dua dari lima botol Excderin beracun yangberedar di pasar mangkal di rumah Stella. Mungkinkah itu hanya kebetulan? Evansjuga mencatat, Stella sudah menyimpan dua polis asuransi jiwa suaminya beberapabulan sebelum kematian Bruce.Fakta-fakta itu menggiring Evans untuk memberi
perhatian lebih pada Stella Nickell.Namun, ibu dua anak itu tetap menolak diinterogasi. Baru setelah dibujukpengacaranya, Stella bersedia diperiksa dengan alat pendeteksi kebohongan.Hasilnya, polisi menyimpulkanjawaban-jawaban yang diberikan Stella masukkategori "sekadar menggampangkan" alias asal buka mulut. Apa boleh buat, Stellatidak bisa ditahan lantaran memang tak ditemukan cukup fakta sebagai barang bukti.Saksi mata? Apalagi itu, nihil!Toh Evans dan sekutunya tetap berusaha meneliti masalalu Stella. Konon, hampirsepanjang hidupnya, Stella diselimuti kepapaan. Dia dilahirkan oleh sebuah keluargamiskin di sebuah kota kecil dekat Portland, Oregon, tahun 1943. Di sekolah, Stelladikenal sebagai cewek yang Cuma punya sedikit teman cowok. Tubuhnya sepertimembeku jika berhadapan dengan lawan jenis. Takdir menyuratkankannya kawinmuda. Pada usia 16, dia sudah punya suami dan anak.Bersama suami dan anak perempuannya, Cynthia, Stella kemudian hijrah keKalifornia. Di tempat baru, ibusatu anak itu seperti menemukan semangat hidupbaru. Selepas melahirkan anak perempuan kedua, dia meninggalkan suaminya yangtak kunjung berhasil memperbaiki kehidupan ekonomi mereka. Sebagai ibu,kesabarannya pun mulai menipis melihat kondisi keluarganya yang terusberkekurangan.Hidup dalam kurungan penjara pun pernah dilakoninya. Tahuin 1969 Stella dihukumsetelah menyiksa Cynthia yang saat itu berusia sembilan tahun. Tahun 1971, dia duakali dipenjara lantaran melakukan penipuan.Untuk memperbaiki nasib, Stella pindah ke Seattle. Dia menikah dengan BruceNickell tahun 1976. Mereka tinggal di rumah mobil milik Bruce. Lelaki yangsebelumnya pemabuk berat ini mulai melupakan minuman keras beberapa tahunsetelah menikah. Sepertinya Stella berhasil mengubah Bruce menjadi suami yang177bertanggung jawab. Sayangnya, sebagai pencari nafkah, Bruce kurang beruntung.Gajinya terlalu kecil untuk mengangkat Stella dari kehidupan yang sangat bersahaja.Beberapa tahun kemudian, Cynthia (saat itu berusia 22 tahun)
bergabung denganStella, adik perempuannya, dan ayah tirinya, tinggal di rumah mobil. Gadis manisberambut merah yang ba ru saja bercerai dari suaminya itu membawa serta anaknyayang masih bocah.Sampai bagian ini, Evans dansekutunya tak menemukan kejanggalan apa pun.Masa lalu Stella yang suram seperti terhapus dengan sedikit kebahagiaannya dimasa kini. Rasanya, kalaupunbenar Stella pelaku pembunuhan Bruce dan Sysan,FBI dan polisi lokal butuh banyak keberuntungan.Berhadiah AS $ 300 ribuKeberuntungan itu rupanya harus "dipancing". Ibaratnya,kalau mau menang lotere,tak cukup dengan membeli satu nomor undian. Makin besar uang yang dikeluarkanmakin besar kesempatan menang. Bristol-Meyers yangtengah terjepit menyadari halitu. Bekerja sama dengan jaringan swalayan dan pabrikan obat lainnya, kolaborasidadakan ini menawarkan hadiah AS $ 300 ribu bagi
informan yang dapatmemberikan petunjuk pentingmenuju tertangkapnya sang penyebar sianida.Siasat itu ternyata mendapat tanggapan positif. Datang puluhan, bahkan ratusaninforman. Namun, dari sekian banyak yang datang, hanya satu yang mampumembuat tim penyidik tersenyum lebar.Januari 1987, putri tertua Stella, Cynthia, mendatangi kantor polisi. Dia satu-satunyasaksi yang dapat"bernyanyi" dengan merdu tentang upaya Stella menyingkirkanBruce dalam beberapa tahun terakhir. Yakin dengan keterangan Cynthia, FBI danpolisi Seattle langsung menciduk Stella.Cynthia sendiri mengaku butuh waktu untuk memutuskan memberi kesaksian. Bisakarena "pancingan" jitu Bristol, bisa juga lantaran nuraninya memang betul-betulterketuk."Saya tahu, dia yang lakukanitu. Tapi karena dia ibu kandung saya, saya sulitmengungkapkannya," ucap Cynthia dengan suara bergetar.Ia pernah menatap mata ibunya, sesaat setelah Brucemengembuskan napasterakhir. Namun, Stella balik menatap sembari menggelengkan kepala. "Aku tahuapa yang kamu pikirkan. Jawabannya, tidak!" sergah Stella.Menurut Cynthia, bapak tirinya sebenarnya sudah jauh berubah dan hampir takpernah lagi mabuk-mabukan. Namun, seperti ayah kandungnya, Bruce bukan suamiyang bisa memanjakan Stella dengan uang berlimpah dan berbagai kemewahan.Ibunya yang pernah gagal dalam perkawinan menyadari,hari tuanya tengahterancam, jika terus hidup bersama Bruce yang bergaji pas-pasan.Beberapa tahun terakhir, Stella mulai memikirkan kemungkina hidup tanpa Bruce.Bahkan menimbang-nimbangkan untuk"mengorbankan" suaminya, jika memangCuma itu jalan satu-satunya mendatangkan keuntungan materi melimpah. Rezekinomplok itu diandalkannya untuk membeli tanah. Lalu di atas tanah itu ia akanmembangun rumah permanen,serta membuka bisnis impiannya sejak kecil: petshop yang khusus menjual ikan hias tropis.178Niatnya menjanda makin membara setelah beberapa bulan sebelum kematian Bruce,Stella menemukan dua polis asuransi jiwa suaminya, masing-masing senilai As $ 20
ribu. Di kedua polis itu nama Stella tercantum sebagai ahli waris. Ditambah uangasuransi dari perusahaan tempat Bruce bekerja sekarang, senilai AS $ 31 ribu,minimal ia akan mewarisi AS$ 71 ribu. Tahun 1986 duit sebesar itu lumayan banyak,cukup untuk membeli tanah dan berbisnis. Namun, jika Bruce terbukti meninggalkarena kecelakaan, koceknya bisa menggelembung menjadi AS$ 105 ribu. BukanMain!Impian yang kandasYang menjadi masalah, bagaimana mewujudkan impian itu, Meski tidak mengecappendidikan formal yang tinggi, Stella lancar membaca dan tahu ke mana harusmencari informasi yang"sesuai". Beberapa tahun terakhir, secara teratur diamengunjungi perpustakaan umum Auburn. Dia belajar daribuku, cara membuatracun dari tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat disekitarnya. Salah satu yangpaling menarik perhatian Stella, daun cemara beracun.Maka dia mulai membuat ramuan. Tumbuhan beracun dicampurnya dengan kacangpolong dan bahan makanan lainnya agar tidak mencurigakan. Racikan maut itudisajikan pada Bruce. Rupanya. Ilmu meramu Stella belum sempurna. Terbukti,Bruce Cuma terserang kantukluar biasa, hingga tertidur selama belasan jam. Begitutersadar, Bruce malah merasakan tubuhnya sangat bugar, walau perutnya amatkeroncongan.Stella pun kembali menimba ilmu di perpustakaan. Informasi penting didapatny a saatmendampingi Bruce di forum rehabilitasi mantan korban ketergantungan alkohol.Konon, banyak zat menjadi sangat berbahaya saat masuk ke tubuh mantan pasienketeragantungan alkohol. Pada dosis tertentu, jauh lebih berdampak mematikanketimbang tubuh orang normal. Sedikit kokain dan heroin akan menolong Stellamenciptakan kematian overdosis.Namun, gencarnya pemberitaan perihal tuntutan keluarga korban Tylenol, membuatStella membelokkan rencana. Mengapa tak menjadi copycatmengikuti jejakpengoplos Chicago? Kejahatan mereka betul-betulsempurna, bisik hati kecil Stella.Kalau berhjalan lancar, dia tak hanya akan jadi kaya raya, tapi sangat kaya. Selainberagam pemasukan dari perusahaan asuransi
penghasilan tambahan bisa didapatdengan menuntut Johnson & Johnson. Hebat 'kan?Sayangnya, dia tak bisa memanfaatkan gonjang-ganjing Tylenol. Bruce lebih sukamenelan Excedrin, obat sejenis saingan Tylenol. Masalah lain, sejak merebaknyakasus Tylenol, tak mudah mendapatkan obat pengurangrasa nyeri di pasarswalayan. Banyak produsen yang menahan atau mengurangi produksinya, sambilmenanti perkembangan kasusJohnson & Johnson. Setelah berkeliling di beberapatoko, mujur bagi Stella ada pasar swalayan yang menjualExcedrin.Stella kemudian membeli racun tikus yang dosis sianidanya cukup mematikan buatmanusia. Racun itu dimasukkan ke dalam kapsul Excedrin yang dibelinya dari toko,lalu dimasukkan kembali dalam botol. Cerita selanjutnya, seperti yang sudah tercatatdalam cerita Stella kepada paramedia King County, Brucemenenggaknya danambruk untuk selamanya. Ketika Harborview Medical Centre menyatakan kematianBruce Nickell sebagai efek sesak napas dan pembengkakan paru-paru, mestinyaparipurna pula rencana Stella. Dengan mudah dia bebas dari jeratan pasal-pasalpembunuhan.179Namun keserakahan mengalahkan akal sehat pembunuh berdarah dingin itu. Uangsantunan senilai total AS $ 51 ribu seperti tak berarti apa-apa. Stella"menyesalkan"tim medis Harborview yang gagal menemukan sianida di tubuh suaminya, sehinggahangus pula uang asuransi kecelakaan. Terbang pula impiannya mendapatkan uangtotal AS $ 105 ribu. Dia benar-benar menginginkan dan merasa sangat berhakmendapatkan uang itu."Tapi 'kan enggak mungkin saya langsung cerita pada mereka bahwa Bruce matikarena sianida," makinya dalam hati. Polisi akan langsung curiga. Makin seringStella memikirkan uang santunan yang bakal diterimanya, kian sengsara pula dia."Tidak, uang asuransi itu takboleh hilang begitu saja. Polisi harus diyakinkan,penyebab kematian Bruce adalah Excedrin yang mengandung sianida," geram Stella.Beberapa saat kemudian, dia bergegas membeli beberapa botol Excedrin danAnacin-3 dari pasar swalayan. Sama seperti yang
dilakukannya pada botol Excedrinmilik Bruce, isi kapsul-kapsulpenyembuh itu diganti, dari bahan penyembuh menjadipembunuh. Setelah memperbaiki kemasannya, obat aspal diselipkan kembalike rakpasar swalayan itu. Tahap dilaluinya dengan sempurna tanpa mengundangkecurigaan sedikit pun. Sampai kemudian tersiar kabar kematian Susan Snow, yangtinggal hanya beberapa kilometer dari rumah mobil Stella.Rencana-rencana tadi disusun begitu rapi. Dengan bantuan alat pendeteksikebohongan dan penggeledahan total rumah mobil Stella sekali pun, kebejatanwanita keras kepala itu tak akan mudah dibongkar. Apalagi tak banyak tetanggayang mengenal dengan baik sifat-sifat Stella. Kalau saja tak dikuasai keserakahanyang membabi buta, rezeki nomplok AS $ 71 ribu bakal dinikmati Stella tanpaalangan berarti. Lengkap dengan kehidupan nyaman di atas tanah sendiri dan tokoikan hias tropis.Stella nyaris menjadi copycat yang sempurna dan nyaris membuat FBI serta polisiputus asa. Hanya berkat"pengkhianatan" Cynthia - yang kini beruntungmendapatkan bonus AS $ 30 ribu, polisi berhasil memaksa Stella mengaku.Di pengadilan, hakim menganggapnya sebagai pembunuh tak berperikemanusiaandan mengganjarnya 90 tahuntinggal di hotel prodeo. Stella Nickell tercatat dalamsejarah sebagai warga negara Amerika Serikat pertama yang diadili berdasarkanUndang-Undang Pemalsuan Produk 1983.Nonfiksi/Perfect Crimes/Icul