watch sexy videos at nza-vids!


Daftar Korbanku
Cerita ini berisi pengalamanku waktu masih sekolah di sebuah SMU di Jakarta. Doni adalah namaku.
Pengalamanku berawal dari apa yang pernah aku alami di sekolah SMU di Jakarta. Sejak pertama aku masuk sekolah ini aku berkenalan dengan banyak teman cewek yang kebetulan sebagian dari etnis cina. Temen satu kelas yang jumlahnya 36 siswa 20 cewek. Kebetulan kelas yang aku masukin adalah kelas yang kurang menonjol dari segi prestasi belajar, tetapi kelasku sangat favorit karena hampir semua cewek cakep seangkatanku berada di kelas ini.
Singkat cerita, di sekolah kami juga diberi pelajaran tentang pengatauan sex oleh guru kami. Pelaksanaan belajar kami dipisah, ketika materi yang disampaikan untuk para cewek, para cowok harus pulang lebih dulu, dan minggu berikutnya sebaliknya. Waktu itu aku nggak tau apa materi yang diterima para cewek. Untuk para cowok kami ditunjukkan gambar-gambar anatomi tubuh wanita mulai dari anak-anak hingga dewasa, setelah itu juga ditunjukkan gambar adegan ML dengan berbagai gaya. Setelah itu juga ditunjukkan gambar alat-alat kontrasepsi dan terakhir gambar-gambar penyakit sexual pada pria dan wanita.
Setelah pelajaran itu aku penasaran banget sama materi yang diberikan pada cewek, apa sama ato beda, kalo sama kenapa mesti kami dipisah. Aku utak-atik akhirnya aku mulai berani bertanya pada Vioni, teman yang sangat akrab denganku tapi bukan pacarku. Kami sering belajar bersama karena kebetulan aku tinggal dekat dengan rumah dia. Waktu belajar sore aku nanya sama dia.
“Vio, pelajaran kemarin tuh apaan sih?”, tanyaku.
“Pengetahuan sex kan” jawab Vio.
“Maksudku pengetahuan yang gimana, kok sampai dipisah gitu?”.
“Emang yang diliatu sama kamu apaan?” Tanya Vioni.
“Ya.. gambar-gambar gituan”.
“Gituan gimana?”, Tanya Vioni penasaran.
“Ya gituan”. Jawabku memancing.
“Ya gituaan yang gimana?”, Tanya Vioni lagi.
“Itu aku kemarin diliatin gambar body kamu”.
“Cuman gitu doang?”, tanyanya makin penasaran.
“Kalo kelas cewek ditunjukin banyak ampai itu, apa ya.. namananya?”.
“Apaan Vi?”, tanyaku.
“Itu ML atao apa sih”, Vera bilang itu gambar senggama”. Jelasnya
“Emang gambar yg gimana sih?, yang penis masuk itu?”.
“Iya, ada yang mulai masuk, ampe masuk banget, dan .. “.
“Apaan tuh Vi?”, tanyaku penasaran.
“Sampe itu keluar cairan putih itu”, jelasnya.
Sambil nanya terus aku perhatikan mimik wajah Vioni, tenang banget, padahal aku udah tegang denger Vioni cerita itu.
“Trus kalo kelas cowok gimana, Don?”, Tanya Vioni.
“Sama kok, gitu-gitu juga”. Jawabku.
Aku yakin kalo Vioni sebenarnya ingin nanya banyak sama aku tentang itu, dan aku pancing dia.
“Itu kan hanya gambar diam, coba gerak asik banget itu”, pancingku.
“Maksudmu gerak apanya?”, Vioni penasaran.
“Itunya, penisnya gerak”, asik banget.
“Kamu pernah liat apa kok bilang asik?”, Tanya dia lagi.
“Pernah, kan banyak tuh film-film porno di rental, mau liat apa?”
“Pinjemin dong gue jadi penasaran nih..” pintanya.
“Trus entar muternya dimana aku nggak ada player nich”.
“Di rumahku aja, besok papa dan mama mau ke bandung gue rencana nggak ikutan”.
“Nonton bareng mau nggak?”, tanyaku.
“Mau aja, emang kenapa boleh kan?”, Vioni heran.
“Boleh aja, malah harusnya gitu”. Rayuku
Tiga hari kemudian apa yang aku tunggu daten juga. Vioni tlp aku kalo papa dan mamanya baru aja berangkat ke bandung dan dirumah itu Vioni hanya tinggal dengan Adik rina 14 tahun dan dewi 12 tahun. Aku ngacir cari VCD porno di rental dan tak lupa kusiapkan staminaku dan strategiku agar bias ngerjain Vioni. Aku tau kalo Vioni masih asing masalah gituan jadi aku yakin dia masih virgin. Dengan modal 5 ribu ini aku harus dapet Vioni.
Aku tiba di rumah Vioni jam 19.00 kemudian masuk dan ngobrol diruang tamu juga sama adik-adik Vioni. Selama ngobrol mataku jelalatan kesana kemari perhatiin gerak tubuh Vioni yang keluar masuk kamar gelisah karena adik-adiknya nggak ngantuk-ngantuk. padahal player sama TV ada di ruang tamu. Vioni orangnya nyantai nggak canggung sama aku, jadi dengan pakaian piyama dia menyugguhkan minuman dingin kehadapanku dan ketika dia menaruh gelas kuperhatikan liuk-liuk tubuh Vioni. Lumayan juga karena anak orang kaya, tubuhnya keliatan terawat. Kulit putih mulus, postur bagus dan yg terpenting ukurannya lumayan mantap.
Jam 20.00 aku juga gelisah ini kapan nyetelnya kalo gini terus, padahal aku udah nggak tahan. Aku punya pura-pura suruh nunjukin kamar mandi aku bisikan pada Vioni agar player dan TV dipindah kekamar dia dengan alas an untuk menyimak video pelajaran dan harus diliat dan dikerjakan tugasnya untuk besok. Vionipun meminta adiknya untuk selesai nonton TVnya dan dengan cepat kuangkat tuh TV, dan playernya Vioni sendiri.
Begitu masuk aku setting player dan TV menghadap bed dengan harap nonton sambil rebahan di bed. Begitu siap Vioni menyuruh adiknya tidur dan pesen sama pembantu kako ada yang nyari bilang nggak bias diganggu. Pintu kamar dikkunci dan aksiku dimulai. Kukeluarkan 2 buah VCD porno dan kupasang langsung ke player.
“Ok Vioni, siap”?, tanyaku.
“Dari tadi Don. Sini Don nonton di berd aja sambil rebahan kan enak” tambahnya.
Vioni telungkup dan aku lompat tepat disampingnya. Remote dipegang Vioni.
“Ok Don aku play ya”.
“Ok, tapi ntar jangan rebut ya”, kataku.
“Rebut gimana maksudmu?”, Tanya dia.
“Ntar kamu kaget”. Jelasku.
“Enggak lah, kan udat niat banget”. Tambahnya.
Begitu tombol play ditekan, tampilan pertama adalah cuplikan adegan di dalam film itu.
“Kok langsung masuk Don?”, Vioni heran.
“Itu hanya klipnya aja, ntar pasti pelan kok”, jelasku.
Setelah itu adegan mulai, yaitu ada wanita bule dan bercumbu dengan cowok bule, meraka saling cium peluk, dan sambil melepas pakaian. Kuperhatikan mata Vioni masih biasa. Ketika adegan sampai pada saling sentuh kemaluan, Vioni nyengir.
“Kok tuh penis lemes gitu ya?” Tanya dia.
“Tunggu aja bentar lagi”.
Tanpa disadari oleh Vioni aku selalu menatap sesuatu yang tadinya ditutupi pinyama itu mulai keliatan karena tersingkap. Adegan film terus berjalan dan penis cowk itu sudah tegang. Mata Vioni terbelalak lebar.
“Don.. Don perhatiin itu!”.
“Apaan?”. Aku terkejut.
Dari tadi aku ngebayangin gimana rasanya menikmati tubuh Vioni. Aku liat di TV, dan adegan udah mulai ML dengan posisi standar. Kulihat mata Vioni hampir tak berkedip, dan sesekali kuliat menelan ludah. Perlahan-lahan kugeser kakiku agar dia nggak tau, kutaruh kaki kiriku disela-sela kakinya. Vioni diam saja karena dianggap nggak sengaja. Ketika kuliat aman, ganti kupindahkan tanganku dengan posisi diatas punggung Vioni. Betapa terkejutnya aku kalo Vioni ternyata nggak mengenakan BH. Vioni masih diam. Adegan film semakin panas. Dengan gerakan yang pelah namun pasti, tangan kiriku bergerak turun menelusuri punggung kearah bawah hingga sedikit jariku menyentuh gunung Vioni yang sebelah kiri. Kami cekikian terus ngeliat adegan film yang sudah ganti gaya.
Kini kugeser pantatku sampai menempel ke bokong Vioni. Penisku yang dari tadi mengacung, menantang menyentuh Vioni.
“Don.., kamu nih apa-apan sih?”. Vioni terkejut.
“Maaf Vi aku nggak sengaja..”.
Ku jauhkan sedikit agar penisku nggak nempel lagi, karena aku kawatir Vioni marah.
“Baru gitu aja kok sudah tegang Don”, Tanya Vioni.
Aku terkejut bahwa ternyata Vioni tau apa yang kulakukan.
“Soalnya aku selain nonton film juga ngliatan body kamu Vi, nggak tahan”. Jawabku seneng.
“Emang bodyku gimana sih Don, kan biasa aja”.
“Vi.. body kamu tuh bagus baget”,
“Punyamu sama tuh bule besar mana Don”,
“Nggak tau ya apa Vioni mau ukur sendiri!” pintaku.
“Boleh, mana Don..?”
Langsung aja kubuka celanaku, dan aku emang nggak pake CD jadu lasung keliatan mengacung tegak. Vioni meraih penisku dan dipegang dengan Ibu jari dan telunjuknya.
“Gimana Vi? Gede nggak?”, tanyaku
“Lumayan Don, jariku aja hampir nggak muat. “
“Kalo punyamu gimana Vi?” tanyaku gantian.
“Mo liat juga?” Tanya Vioni.
Aku nyengir aja. Vioni menarik tali piyama dan mengeser piyamanya ke bawah. Dan kulihat begitu mulus, putih. Gunung kembarnya begitu padat dan lancip. Bagian bawahnya juga putih kemerahan serta dihiasi sedikit rambut.
“Kok cuman diliatin? Katanya mau ngukur?” tanyaku.
Segera kusentuh gunung itu pelan-pelan, dan ketelusuri dari bawah gunung sampai puncaknya. Ketika sampai dipuncak kumainkan putingnya dan Vioni nyengir.
“Geli Don.. “.
“Tapi ntar asik Vi. ” Rayuku.
Tangan kiriku bergerak kebawah. Kuusap pelah sebuah pintu kenikmatan yang masih segar.
“Don geli banget..”, tubuhnya menggelinjang.
Dan kurasakan mulai basah dan licin. Aku yakin kalo Vioni sudah terangsang.
“Vi boleh nggak penisku nyentuh memekmu ini, kali aja ukurannya pas?” tipuku.
“Boleh tapi janji ya!”.
“Janji apaan?”.
“Ini rahasian kita, jangan sampai Ester tau, aku nggak enak sama dia”.
Posisiku tepat diatas tubuh Vioni, dan ujung penisku segeran dusentuhkan pada memek Vioni yang udah bawah. Sambil aku kulum pintung kanan dan kumainkan punting kiri dengan tangan tangan kananku masih meraba-raba memek Vioni yang semakin basah. Vioni sangat menikmati gerakanku. Nafasnya mendesah.
“Eeecchh, oohh, oo yes..”, strategi kujalankan.
Kulumanku semakin cepat dan penisku perlahan-lahan aku tekan masuk.
“Don jangan, ntar aku nggak tahan oocchh”.
“Kalo ngukur tuh harus masuk semua Vi, baru tau sama apa enggak”, bisikku.
Penisku begitu sulit masuk, kepalanya aja nggak bias masuk.
“Vi kalo emang kamu mau tau ukuranku, kita harus melakukannya bareng”.
Vioni menggangguk. Kutekan lagi dengan tambahan tenaga.
“Oocchh, oocchh Don, sakit, oocchh, sakit”.
Aku tahan sampai Vioni diam lagi. Penisku udah masuk � nya.
“Vi siap, siap ya, kita akan mengukur semuanya ya, jangan tegang”.
Aku tarik nafas dan kutahan didada, dan kutekan dengan tenagaku dan..
Sret,.. srett.. bless..
“Doonn sakiitt”.
Aku tahan penisku yang udah masuk semuanya. Kurasakan memek Vioni meremas-remas penisku dengan kautnya dan lama diam. Kutarik keluar pelan-pelan dan kemasukkan lagi.
“Sleepp, bleess, sleepp, bleess”, kukocok penisku di memek Vioni.
“Oochh, oocchh, oocchh, yess”,
“Ooch yess, oocch yess, oocchh yeess, terus Don, teruss”.
Kurasakan memek Vioni basah banget, dan matanya menangis. Beberapa waktu beraksi penisku keras banget dan ada sesuatu yang mau keluar.
“Vi aku mau keluuaarr, gimanaa”.
“Oocchh teruuss, keluariinn ajaa..”.
Crott, croott, croott, sambil keluar sperma kukocok terus sampai penisku lemas. Kami berpelukan erat. Kuliat spermaku berceceran di bed cover bercampur dengan darah perawan Vioni.
“Don.. makasih yach, ini pengalaman yang hebat buatku”.
“Sama-sama Vi, terimakasih telah kamu berikan kegadisanmu padaku”.
Pulang dari rumah Vioni kubuka buku daftar korbanku, dan kutambahkan nama Vioni yang merupakan tergetku yang ke-8 dari 20 siswi sekolahku.
HOME